PADANG PARIAMAN – Kasus hilangnya dua mahasiswi asal Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, yakni Siska Oktavia Rusdi (23), atau yang akrab disapa Cika, dan Adek Gustiana (24), hingga kini masih menjadi misteri. Tepat setahun setelah dilaporkan hilang pada 13 Januari 2024, Forum Wartawan Parlemen (FWP) bersama sejumlah awak media membentuk tim investigasi independen untuk membantu mengungkap kasus ini Selasa 28 januari 2025
Wakil Ketua FWP, Yuzal Efendi, menyatakan bahwa upaya ini dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab kemanusiaan. Setelah mendatangi rumah keluarga Cika di Batang Anai dan berbicara langsung dengan keluarga, ia merasa bahwa ada banyak kejanggalan dalam kasus ini.
“Mustahil Cika minggat dari rumah. Berdasarkan keterangan keluarga, Cika sangat mencintai keluarganya. Hal ini menjadi tanda tanya besar, dan kami bersama Ketua FWP Yeni Laura memutuskan untuk mengambil inisiatif mengupas misteri ini lebih dalam,” ujar Yuzal.
Langkah Awal Tim Investigasi
FWP dan tim media telah merencanakan langkah konkret untuk menyelidiki kasus ini. Salah satu rencana terdekat adalah melakukan perjalanan ke Pasaman pada Kamis mendatang untuk menelusuri informasi yang berhubungan dengan teman-teman dekat Cika.
“Kami ingin menggali informasi lebih lanjut dari jaringan sosial Cika dan Adek, terutama di wilayah Pasaman. Harapannya, kami bisa menemukan petunjuk baru yang mengarah pada titik terang,” tambah Yuzal.
FWP juga mengimbau seluruh masyarakat, khususnya di Padang Pariaman, untuk berpartisipasi aktif dengan memberikan informasi sekecil apa pun yang mungkin membantu penyelidikan. “Doa dan dukungan masyarakat sangat kami harapkan agar misteri ini segera terpecahkan,” tegasnya.
Keluarga Korban Terus Berharap
Keluarga Cika masih merasakan duka mendalam dan kekecewaan atas lambannya proses penyelidikan yang dilakukan pihak kepolisian. Yeni Murni, bibi Cika, menuturkan bahwa keluarga merasa diabaikan meskipun telah melapor ke berbagai instansi kepolisian, mulai dari Polsek Batang Anai hingga Polda Sumatera Barat.
“Ibu Cika sangat berharap polisi lebih serius menangani kasus ini. Setahun berlalu, tapi kami tidak mendapat kepastian apa pun,” kata Yeni sambil menahan tangis.
Nila Yusnita, ibu Cika, juga menyampaikan harapannya. “Kami sudah melapor berkali-kali, tetapi tidak ada perkembangan berarti. Bahkan suami saya yang dulu ikut mencari Cika kini sudah tiada. Kami hanya ingin kejelasan, apa pun itu,” ujarnya dengan isak tangis.
Menuju Titik Terang
Yuzal Efendi optimis bahwa langkah yang diambil oleh FWP dan tim media dapat mendekatkan kasus ini pada titik terang. “Kami sudah mulai mendapatkan informasi yang bisa menjadi kunci dalam kasus ini. Semoga semua pihak, termasuk masyarakat dan kepolisian, dapat bekerja sama untuk mengungkap fakta sebenarnya,” ungkapnya.
Kasus hilangnya Cika dan Adek tidak hanya menjadi perhatian masyarakat Padang Pariaman, tetapi juga telah menggugah kepedulian berbagai pihak. Kini, semua mata tertuju pada langkah-langkah penyelidikan lebih lanjut, baik dari kepolisian maupun tim independen, untuk mengungkap kebenaran di balik peristiwa ini. **
Sumatera Barat adalah sebuah wilayah yang penuh dengan keindahan alamnya yang memukau serta memikat hati. Sebab, perpaduan antara pegunungan yang hijau, lembah yang subur, dan pantai yang indah, menjadi destinasi yang tak terlupakan bagi para pelancong yang telah singgah kelokasi destinasi wisata Sumatera Barat.
Selain alamnya yang memukau, Sumatera Barat juga terkenal dengan kekayaan kuliner khasnya. Masakan padang, dengan cita rasa yang kaya akan rempah-rempah, telah mendunia dan menjadi salah satu kebanggaan kuliner Indonesia. Dari rendang yang gurih, gulai ayam yang lezat, hingga sate padang yang terkenal, setiap hidangan memberikan pengalaman kuliner yang tak terlupakan bagi siapa pun yang mencobanya.
Dengan kombinasi keindahan alamnya dan kelezatan kuliner tradisionalnya, Sumatera Barat menjadi destinasi yang sempurna bagi para pelancong yang ingin menjelajahi keindahan Indonesia dalam segala aspeknya. Inilah salah satu wisata Sumatera Barat yang indah dan mempesona yakni, Danau Maninjau:
Danau Maninjau merupakan danau vulkanik berketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut. Terletak di Kecamatan Tanjung Rayu, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar). 140 kilometer (km) dari sebelah utara Kota Padang, 36 km dari Bukittinggi, dan 27 km dari arah Lubuk Basung.
Selain memiliki panorama yang indah, daerah sekitar danau juga menjadi ladang penghasilan bagi penduduk setempat. Penduduk memanfaatkan pinggir danau menjadi lokasi ternak ikan, yang dikenal dengan keramba.
Keramba ikan di sini banyak sekali jumlahnya, diisi dengan berbagai macam ikan. Mulai dari ikan nila, mas, bada, dan lain sebagainya. Bagi penggemar olahan ikan, bisa membelinya dari nelayan setempat. Bisa diolah di rumah atau di warung-warung terdekat.
Asal Muasal Danau Maninjau
Bagi kamu yang penasaran dengan asal usul Danau Maninjau, ternyata tempat wisata ini merupakan hasil erupsi vulkanik dari Gunung Sitinjau. Kejadiannya sudah berlangsung lebih dari 52 ribu tahun yang lalu.
Letusan yang dihasilkan oleh Gunung Sitinjau tersebut jumlahnya sangat banyak, mencapai 250 piroklastik. Hamburannya menyebar kemana-mana dan menghasilkan kaldera atau lubang besar berbentuk wajan lambat laut menjadi danau yang sangat luas, yang sekarang kita sebut sebagai Danau Maninjau.
Danau Maninjau juga menjadi salah satu pemasok sumber air untuk sungai-sungai di sekitarnya. Utamanya adalah Sungai Batang Sri Antokan. **